Kamis, 13 November 2008

Pengobatan Thalasemia

Pengobatan Thalasemia

Di Indonesia, tidak banyak orang yang paham apa yang dimaksud dengan penyakit thalasemia. Padahal terdapat ratusan ribu orang pembawa sifat thalasemia yang bisa diturunkan kepada anak mereka.

Thalasemia memang merupakan penyakit yang diturunkan atau genetik, suatu kelainan darah yang terdapat di banyak negara di dunia, terutama pada orang-orang yang berasal dari daerah Laut Tengah, Timur Tengah, atau Asia.

Sampai saat ini penyakit thalasemia belum dapat disembuhkan. Agar tetap dapat bertahan hidup, penderita thalasemia harus menjalani transfusi darah setiap bulan.
Di Indonesia setidaknya ada sekitar 5.000 penderita thalasemia mayor yang terdata. Belum lagi yang tidak terdaftar atau tidak dapat mengakses layanan kesehatan. Pusat Thalasemia RSCM misalnya, setiap bulan melayani 1.200 pasien. Setiap hari, tidak kurang dari 100 pasien menjalani transfusi darah.

Namun kabar baik, baru-baru ini diperkenalkan inovasi dalam pengobatan bagi penderita thalasemia berupa obat oral pengikat besi, yaitu deferasirox, yang dikelurkan Novartis.
“Pengobatan oral dalam bentuk tablet itu secara klinis terbukti efektif mengurangi kelebihan zat besi pada pasien usia dua tahun ke atas,” dr. Farica Kartawidjaja, Product Manager, Oncology PT Novartis Indonesia.

Deferasirox, kata dr. Farica, saat ini merupakan satu-satunya obat pengikat zat besi yang dibuat dalam bentuk minuman yang dikonsumsi satu kali sehari, dimana tablet tersebut bisa dilarutkan dalam jus buah atau air. Selama ini pengobatan yang ada berbentuk infus yang harus digunakan oleh penderita selama 8-12 jam per hari, 5-7 hari seminggu. Sebagai akibatnya, banyak pasien yang kemudian menghentikan terapi pengikatan besi ini, sehingga berisiko mengalami efek keracunan zat besi yang berlebih dalam darah.

Deferasirox telah mendapat persetujuan di Indonesia dan telah dibahas manfaatnya untuk pasien dalam temu ilmiah di Bangkok yang dihadiri lebih dari 100 pakar kesehatan dari kawasan Asia Pacifik. Deferasirox sudah mendapatkan persetujuan Food and Drug Administration (FDA) di Amerika dan di Swiss oleh Swiss Agency for Therapeutic Products (Swissmedic).

Pengikatan besi dalam darah penting untuk menghindari komplikasi yang dapat mengakibatkan kematian akibat kelebihan zat besi pada pasien yang menerima transfusi darah secara terus menerus karena menderita penyakit-penyakit seperti thalassemia, penyakit anemia sickle cell, atau anemia yang jarang ditemukan dan sindrom mielodisplastik.

Berdasarkan studi terkini yang dimuat dalam jurnal kedokteran edisi 1 Mei, hasil dari studi internasional menunjukkan bahwa deferasirox efektif mengurangi kelebihan zat besi pada pasien usia dua tahun ke atas. Uji klinis dilakukan dengan metode acak multi-centre pada 586 pasien yang menderita kelebihan zat besi dalam darah dimana deferasirox dibandingkan dengan pengobatan standar yang digunakan saat ini yaitu terapi infus deferoxamine.

Studi tersebut juga menyebutkan antara lain, deferasirox menunjukkan manfaat yang setara dengan deferoxamine; Dosis dapat disesuaikan dengan tujuan dari terapi (mempertahankan atau mengurangi LIC dan asupan zat besi). LIC, adalah ukuran akumulasi zat besi di dalam hati, merupakan indikator banyaknya zat besi pada pasien yang menerima transfusi darah).

Deferasirox menurunkan serum ferritin, yaitu sebuah jenis pengukuran lain untuk melihat kandungan zat besi dalam tubuh. Pada orang dewasa maupun anak-anak usia minimal dua tahun, deferasirox dapat ditolerir dengan baik.

Tentang Kelebihan Zat Besi dan Pengikatan Zat Besi

Kelebihan zat besi merupakan akibat transfusi darah berulang, dimana akumulasi zat besi merupakan konsekwensi yang tidak dapat dihindari dari transfusi darah dan dapat mengancam nyawa. Kelebihan zat besi dapat terdeteksi pada orang yang telah menerima 20 unit darah. Pada banyak pasien, kebutuhan transfusi dapat terjadi seumur hidup. Pada kasus yang tidak terdiagnosa atau tidak diobati, kelebihan zat besi dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan hati, jantung dan kelenjar hormon.

Tubuh tidak memiliki mekanisme alami untuk membuang kelebihan zat besi, sehingga proses pengikatan besi digunakan sebagai pengobatan yang efektif untuk kelebihan zat besi yang disebabkan oleh transfusi. Pada proses pengikatan zat besi, obat akan mengikat zat besi yang terdapat pada tubuh dan jaringan dan membantu membuangnya melalui urin dan atau kotoran. Sampai dengan saat ini, deferoxamine merupakan standar pengobatan lini pertama di hampir seluruh negara di dunia bagi kelebihan zat besi yang disebabkan oleh transfusi darah. Walaupun deferoxamine dianggap efektif selama ini, namun karena cara pemberiannya yang kurang menyenangkan, banyak pasien yang tidak secara optimal menjalani terapi ini, sehingga berisiko pada bahaya kelebihan zat besi.

Tidak ada komentar: