Rabu, 11 Juni 2008

Diabetes Melitus

pManusia perlu makan. Lalu makanan itu dapat terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak. Glukosa adalah unit satuan karbohidrat yang terkecil. Dalam tubuh manusia, glukosa dipergunakan untuk membentuk energi. Jika berlebih maka tugas insulin, suatu enzim dalam tubuh manusia, untuk menyimpan kelebihan gula dalam darah ke bentuk cadangan di hati, otot dan organ lainnya.

Jika proses diatas berlangsung seimbang, maka kelebihan glukosa dalam tubuh manusia tidak akan menimbulkan penyakit. Tapi jika kadar insulin rendah, atau insulin tidak diproduksi maka ini dapat menyebabkan kadar glukosa menumpuk dalam darah atau yang lebih dikenal dengan sakit gula.

Sakit gula, atau yang dalam istilah medis dikenal dengan diabetes melitus, bisa dialami siapa saja, baik yang kurus atau yang gemuk, baik yang muda atau yang tua, baik wanita atau pria. Diabetes melitus (yang selanjutnya disingkat DM), seperti halnya penyakit lain, juga menimbulkan gejala. Gejala tersebut ada yang khas, atau disebut juga gejala klasik, dan gejala yang tidak khas.

Gejala klasik dari DM antara lain berat badan menurun, banyak buang air kecil (poliuria), banyak minum (polidipsi) dan banyak makan (polifagi). Gejala tidak khas dapat berupa kesemutan, gangguan penglihatan, gatal, gangguan ereksi atau keputihan.
Disamping itu, didapatkan juga beberapa faktor yang berpotensi mengakibatkan seseorang menderita DM. Faktor-faktor tersebut dikenal dengan faktor risiko DM, diantaranya:

1. usia > 45 tahun
2. kegemukan
3. hipertensi
4. riwayat keluarga DM
5. riwayat melahirkan bayi dengan BB > 4kg
6. riwayat DM pada saat kehamilan
7. penderita PJK (penyakit jantung koroner), TBC, hipertiroidisme
8. kadar lipid yang tinggi

Berdasarkan patofisiologinya DM terbagi menjadi 2 tipe, yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2 (yang selanjutnya akan dibahas lebih banyak). DM tipe 1 diakibatkan kerusakan dari sel-sel penghasil insulin sedang DM tipe 2 dikarenakan resistensi insulin ataupun berkurangnya sekresi insulin. Selain dua kelompok besar DM tadi, dikenal juga DM tipe lain (yaitu akibat obat, akibat infeksi, akibat imunologi dll) serta DM pada saat kehamilan.

***

Jika seseorang memiliki gejala diatas, atau memiliki faktor risiko DM, disarankan untuk memeriksa kadar gula darahnya. Kadar gula darah puasa yang normal adalah <110 style="font-style: italic;">Bagaimana menegakkan diagnosis DM?
Jika seseorang memiliki gejala klasik DM maka gula darah sewaktu ≥200 mg/dl atau gula darah puasa ≥126 mg/dl sekali saja cukup untuk menegakkan diagnosis DM.
Jika keluhan tidak khas, perlu 2 kali pemeriksaan gula darah yang menunjukkan gula darah sewaktu ≥200 mg/dl atau gula darah puasa ≥126 mg/dl.

Lalu apa yang bisa dilakukan jika telah terdiagnosa DM?
Yang harus dilakukan adalah kelola kadar gula darah yang berlebih dalam tubuh kita

Mengapa pengelolaan kadar gula darah harus dilakukan?
Hal ini dilakukan untuk mencegah komplikasi yang mungkin timbul, baik itu komplikasi akut ataupun komplikasi menahun.
Komplikasi akut antara lain :
Hipoglikemi
Gejala hipoglikemia:
* Lapar, mual, tekanan darah turun
* Lemah, lesu, sulit bicara
* Keringat dingin
* Tidak sadar dengan atau tanpa kejang
Komplikasi akut lainnya adalah terjadinya penurunan kesadaran yang tiba-tiba (pingsan) atau yang dalam istilah medis dikenal dengan keadaan koma diabetikum.
Sedangkan komplikasi menahun dapat mengenai mata (retinopati diabetikum), ginjal (gagal ginjal), persarafan (neuropati), pencernaan (diare, konstipasi), saluran kemih (disfungsi seksual), jantung(gagal jantung) dan ekstrimitas (ulkus)

Kapan pengelolaan kadar gula darah harus dilakukan?
Sedini mungkin, setelah terdiagnosa sebagai penderita DM

Bagaimana pengelolaan kadar gula darah yang baik?
Hal ini dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Perencanaan makan
Makan dianjurkan seimbang dengan komposisi energi dari karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, lemak 20-25%.
Prinsip perencanaan makanan
* Tidak ada makanan yang dilarang, hanya dibatasi sesuai kebutuhan (tidak berlebih).
* Menu sama dengan menu keluarga, gula dalam bumbu tidak dilarang.
* Serta teratur dalam jadwal, jumlah dan jenis makanan (3J)
Prinsip pembagian porsi makanan sehari-hari
* Disesuaikan dengan kebiasaan makan dan diusahakan porsi tersebar sepanjang hari.
* Disarankan porsi terbagi (3 besar dan 3 kecil):
1. makan pagi –makan selingan pagi
2. makan siang –makan selingan siang
3. makan malam-makan selingan malam
(hal ini untuk mencegah terjadinya hipoglikemia terutama bagi yang menggunakan insulin kerja panjang)

2. Latihan jasmani

Manfaat latihan jasmani:
* Menurunkan kadar gula darah (dengan mengurangi resistensi insulin, meningkatkan sensivitas insulin)
* Menurunkan berat badan
* Mencegah kegemukan
* Mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi
Olaharaga yang bisa dilakukan diantaranya jogging, berlari, renang, bersepeda. Latihan yang dilakukan sebaiknya dilakukan berkesinambungan, dipilih yang berirama yaitu otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur, dilakukan selang seling antara gerak cepat dan gerak lambat, misal: jogging diselingi jalan, jalan cepat diselingi jalan lambat
Dan latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan dari intensitas ringan sampai sedang hingga mencapai 30-60 menit. Latihan hendakanya dilakukan 3x dalam seminggu
Yang perlu diperhatikan sebelum memulai latihan:
* Kenakan sepatu yang sesuai
* Beri asupan makanan dan cairan yang cukup
* Lakukan peregangan dan pemanasan saat memulai dan mengakhiri selama 5-10 menit
* Hindari berlatih pada suhu terlalu panas/dingin
* Jangan teruskan bila ada gejala hipoglikemia
Strategi menghindari hipoglikemia:
* Periksa glukosa darah sebelum dan sesudah latihan dalam kurn waktu 30 menit untuk Mengetahu gula darah stabil atau tidak
* Latihan sebaiknya dilakukan 1-3 jam setelah makan

3. Menggunakan obat penurun gula darah

Berbagai jenis obat dengan berbagai efek kini dapat kita temui di kalangan masyarakat. Pemakaiannya bertahap mulai dari obat yang diminum hingga penggunaan insulin. Penggunaan insulin biasanya dilakukan oleh penderita DM tipe 1, dimana insulin sama sekali tidak dihasilkan tubuh. Sedangkan pada penderita DM tipe 2, dimana defek terletak pada fungsi insulin bukan pada jumlah insulin, penggunaan insulin biasanya dilakukan setelah efek yang diinginkan tidak dapat dicapai hanya dengan menggunakan obat yang diminum.

Tidak ada komentar: