Minggu, 15 Juni 2008

Waspada Leptospirosis, Jauhi Genangan Air

Di musim hujan ini sejumlah bibit penyakit gampang berbiak. Selain wabah demam berdarah yang sudah memakan korban jiwa, masyarakat Jakarta juga harus mewaspadai berbiaknya parasit leptospira (leptospyra batavie) yang menyebabkan penyakit leptospirosis. "Di Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan, sudah tujuh pasien yang menderita penyakit leptospirosis," kata Evy Zelvino, kepala Hubungan Masyarakat Dinas Kesehatan Jakarta kepada Tempo via sambungan t telepon, Rabu (26/1).


Di musim hujan ini, penyebaran penyakit sangat mudah, Karena itu, "Kewaspadaan harus lebih ditingkatkan sebab sejumlah penyakit seperti leptospirosis dan demam berdarah, penyebarannya disaranai oleh air yang tergenang," kata Dr. Widayat Joko Santoso, spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo kepada Tempo, Rabu (26/1). Nah, saat ini Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan tengah merawat tujuh pasien yang menderita penyakit leptospirosis.

Menurut Widayat, leptospirosis atau kita kenal sebagai penyakit kencing tikus (karena berasal dari kotoran hewan yakni air kencing tikus) amat mungkin terjadi di musim hujan seperti sekarang ini. Parasit leptospira (sejenis cacing) ini berbentuk seperti spiral dan berukuran sangat kecil tetapi lebih besar dari bakteri dan virus. Penyakit ini bisa menyerang hewan dan manusia, serta dapat hidup di air tawar dalam jangka lama. "Di RSCM sendiri sudah ada kasus dan saat ini sedang dirawat," kata dokter spesialis ini. Pasien yang dirawat di RSCM karena leptospirosis ini bahkan sudah mengalami gagal ginjal sehingga harus menjalani pencucian darah.

Tapi, "Kami belum tahu apakah karena dia kronis ginjal ataukah akut karena leptospirosis," kata Widayat. Menurutnya pasien yang dikatakan akut menderita leptospirosis akan mengalami komplikasi penyakit dalam, diantaranya gagal ginjal dan gagal hati (lever). "Dia (leptospira) masuk ke dalam tubuh dan berkembang biak di ginjal (saluran kencing) kemudian balik ke dalam darah menyerang lewat pembuluh darah," kata Widayat lagi.

"Gejala klinis yang tampak dari penderita leptospirosis seperti layaknya demam yang lain kemudian mata kekuningan dengan semburat pembuluh darah matanya kemerahan," kata dokter ahli ini. Uji darah dengan serum anti leptospira di laboratorium akan memungkinkan terhindarnya kesalahan diagnosa.

Pada stadium awal manusia yang terserang mengalami demam tinggi, badan mengigil seolah kedinginan, lesu, dan perut eneg, muntah, radang mata seperti iritasi, dan rasa nyeri pada otot betis. Jika betisnya disentuh pasti kesakitan. Gejala itu akan tampak antara empat sampai sepuluh hari setelah tertular.

Kemudian pada stadium kedua, parasit ini membentuk antibodi dalam tubuh penderita, dengan indikasi klinis yang lebih berat dari pada stadium awal. Stadium ini terjadi antara minggu kedua dan keempat. Jika makin parah efeknya akan ke mana-mana seperti pada ginjal (akan mengakibatkan gagal ginjal),jantung yang terkena akan berdebar tidak teratur, membengkak dan gagal jantung. Pembuluh darah mengalami kebocoran dan akibatnya di saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan saluran genitilia terjadi pendarahan.

Reservoir atau pembawa parasit leptospira adalah tikus. "Mereka hidup di saluran kencing tikus dan terbuang digenangan," lanjut Widayat. Parasit ini tidak berbahaya bagi vektor (hewan pembawa) tetapi bisa jadi mematikan untuk manusia. Penularan di tempat kering kemungkinannya kecil terjadi juga penularan langsung dari manusia ke manusia lain jarang sekali terjadi.

Namun, banyak jenis hewan yang bisa menjadi perantara tidak hanya tikus. Bebeberapa hewan lain, seperti babi, anjing, kambing, kuda, kucing, kelelawar dan jenis serangga tertentu juga bisa.

Paling mudah, parasit ini masuk melalui permukaan tubuh yang terbuka. "Apalagi luka. Mereka masuk karena kulit yang terendam lama jadi lembek lunak dan parasit jadi mudah masuk," kata Widayat. Manusia bisa terinfeksi Leptospira melalui kontak dengan air tanah atau tanaman yang telah dikotori air seni hewan.

Masa inkubasinya relatif cepat anatara empat sampai sepuluh hari. "Cepat tidaknya penularan tergantung tiga faktor yaitu hause atau orangnya, kemudian agennya (kuman) dan lingkungannya sendiri," kata Widayat. Orang yang dalam kondisi lemah, perut lapar, stres mudah kena penyakit apalagi lingkungan yang tidak bersih dan memungkinkan parasit ini berada.

Tidak ada komentar: